Tinggal di daerah 3T yaitu Terluar, Terpencil, dan Tertinggal, mungkin bukanlah keinginan anak-anak yang ingin sekolah tinggi. Mutu pelayanan pendidikan rendah, tingginya angka putus sekolah, sarana prasarana yang belum memadai, dan minimnya pengajar mewarnai pendidikan di daerah tersebut.
Sejumlah berita menayangkan, banyak sekolah di tiga daerah tersebut yang hanya memiliki seorang guru merangkap kepala sekolah. Padahal, di sekolah dasar misalnya, ada enam kelas yang haru diajar.
Ia perlu mencatat materi, mengajarkannya, dan pindah dari satu kelas ke kelas lainnya. Lalu, kapan guru tersebut bisa mengajarkan secara mendalam atau memperhatikan setiap murid sudah menguasai materi atau belum?
“Sampai saat ini ada 122 kabupaten daerah tertinggal. Dari kabupaten tersebut, masih kita perjuangkan agar kualitas pendidikannya lebih baik. Faktor penting pendidikan termasuk sarana prasarana,” ujar Priyono, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Selasa, 14 Mei 2019, di Go Work, Jakarta Selatan.
Ia menekankan perlunya terobosan untuk mempercepat pemerataan kualitas pendidikan di daerah tertinggal itu. Merespons hal tersebut, Zenius bersama Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal akan membantu pendidikan 15 SD dan SMP di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Guru-guru akan mendapatkan workshop dan pelatihan mengenai paket soal dan ujian, literasi digital, serta mengoperasikan Zenius Prestasi.
“Guru bukan lagi menularkan ilmunya, tapi menularkan motivasi belajarnya. Ini penting,” kata Wisnu Subekti, President Zenius Education.